Jumat, 10 April 2009

Umat Islam wajib menguasai ekonomi dan teknologi, ujar Ketua Yayasan Dakwah Islamiyah Malaysia (Yadim), Malaysia, Dato Mohammad Nakhaie

Hidayatullah.com--Ketua Yayasan Dakwah Islamiyah Malaysia (Yadim), Dato H Mohammad Nakhaie bin H Ahmad mengatakan menguasai ekonomi, perdagangan, dan sains teknologi merupakan suatu keharusan. Menguasai bidang ini termasuk bagian dari fardhu kifayah.

Selama ini umat memahami bahwa fardhu kifayah itu hanya sholat mayit saja. Untuk itu, umat harus disadarkan, bagi orang yang tidak menguasai ekonomi atau teknologi sama berdosanya dengan orang yang meninggalkan shalat, paparnya dikutip Harian Pelita di Jakarta.

Menurut Dato Muhammad Nakhaie, saat ini umat Islam masih menghadapi dua tantangan. Pertama aspek internal. Umat masih trauma dengan keruntuhan peradaban Islam kemudian disusul kolonialisasi dari negara-negara Barat. Ini mengakibatkan umat mengalami psikologi kekalahan.

Kedua, lanjutnya, aspek eksternal. Negara-negara Barat masih menganggap Islam sebagai ancaman, terutama setelah berakhirnya perang dingin. Makanya mereka masih terus meneruskan peperangan terhadap umat Islam.

Dia mengatakan, umat Islam memiliki akidah yang kuat dan kitab suci al-Quran yang tidak pernah berubah. Ini merupakan puncak kekhawatiran bagi mereka.

Mereka khawatir ini bisa menjadi bibit yang dapat mengembalikan kejayaan Islam. Makanya mereka terus melakukan pertentangan. Sedangkan kepada bangsanya, mereka tanamkan akan bahaya Islam, katanya.

Karena itu, menurutnya, negara-negara Barat tidak henti-hentinya merusak akidah umat dengan menyusupkan aliran pemikiran yang datang dari Barat. Makanya beragam aliran pemikiran tumbuh di tubuh umat Islam, jelasnya.

Dia menghimbau umat Islam kembali ke ajaran Islam yang integral. Ini diharapkan agar umat dapat keluar dari tantangan tersebut.

Pada masa penjajahan, katanya, penjajah telah menanamkan dualisme. Akibatnya, banyak umat yang lebih mementingkan aspek ritual. Sementara aspek non ritual, seperti ekonomi dan teknologi dikesampingkan. Ini juga menjadikan umat semakin terbelakang dan menjadi objek dari peradaban lain, tambahnya.

Di Indonesia, Yadim bekerja sama dengan Center for Moderate Moslem (CMM), sebuah lembaga yang sering mengkampanyekan liberalism yang diketuai Dr Tarmizi Taher. [plt/www.hidayatullah.com]

ta'aruf

asslamu'alaikum...